Senin, 27 Juli 2009

ERNA MARINI 2241.05.307

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Industri penerbangan di Indonesia semakin meningkat dari tahun ke tahun, hal tersebut dapat dilihat dari semakin bertambahnya perusahaan-perusahaan penerbangan baru serta meningkatnya arus penumpang. Kemajuan tersebut membutuhkan dukungan alat transportasi yang cepat dan dapat mendorong era globalisasi itu sendiri. Dengan adanya perusahaan penerbangan yang berbasis tarif murah yang disebut Low Cost Carrier (LCC), Keadaan tersebut mendukung berdirinya perusahaan-perusahaan penerbangan sebagai penyedia jasa pelayanan transportasi udara.

Peranan industri transportasi adalah sangat strategis dalam pembangunan ekonomi Indonesia yang terdiri dari kurang lebih lima belas ribu pulau dengan jumlah penduduk lebih dari dua ratus juta jiwa. Dengan peluang seperti ini, membuka satu kesempatan yang baik bagi perusahaan ground handling atau perusahaan Airport services adalah salah satu unit eksternal yang terkait secara langsung berhubungan dengan perusahaan penerbangan untuk menunjang kelancaran jasa perusahaan penerbangan tersebut. Dengan adanya beberapa perusahaan ground handling, maka tiap perusahaan bersaing untuk memberikan pelayanan yang terbaik untuk menjadi salah satu perusahaan yang dipercaya oleh berbagai perusahaan airline di Indonesia.

Oleh sebab itu, untuk pengoperasian pesawat udara dalam memproduksi jasa angkutan udara, memerlukan perencanaan serta pengorganisasian dan manajemen yang baik antara pihak-pihak yang terkait, salah satunya perusahaan Airport services atau yang bisa disebut ground handling. Ground handling adalah salah satu unit ekstern terkait yang secara langsung berhubungan dengan perusahaan penerbangan untuk menunjang kelancaran jasa perusahaan penerbangan tersebut. Ground handling itu sendiri dilakukan pada saat pre-flight services (pelayanan sebelum penerbangan) dan post-flight services (pelayanan setelah penerbangan), selain itu in-transit services juga menjadi tanggung jawab perusahaan ground handling. Ground handling itu sendiri sebenarnya merupakan suatu kegiatan lanjutan dari kegiatan penjualan jasa oleh perusahaan penerbangan yaitu reservation dan menjual ticket penerbangan.

Aktivitas perusahaan ground handling dilakukan di airport, airport sendiri kegiatan pelayanan dibagi ke dalam beberapa tempat secara umum, misalnya di terminal area, cargo area, apron dan juga di land side. Untuk memberikan pelayanan yang baik pada pelanggan perusahaan Ground Handling harus memahami dulu orientasi suatu angkutan udara dan orientasi dari suatu perusahaan penerbangan.

Dalam memberikan pelayanan pesawat udara saat berada di darat atau aircraft yang berada di apron, perusahaan ground handling berperan penuh guna pemberian pelayanan aircraft refueling, loading unloading cargo, technical assistance dan lain-lain. Pelayanan ini banyak membutuhkan peralatan antara lain Ground Turbin Compressor (GTC), Ground Power Unit (GPU), Air Conditioner (AC), Pallet, Towbar, Towing tractor dan lain-lain, yang semuanya ini dikelola oleh perusahaan Ground Handling.

Dengan kemajuan industri penerbangan yang begitu pesat saat ini, perusahaan Ground Handling menjadi suatu tumpuan atau harapan penting terhadap perusahaan penerbangan, karena pelayanan yang memuaskan/prima(satisfaction) dapat dilihat dari kecepatan dan ketepatan dalam menangani Ground Handling. Semakin tinggi OTP, semakin baik, dengan jadwal penerbangan menjadi tidak terganggu atau sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Karena itu perusahaan penerbangan terus meningkatkan On Time Performance guna menciptakan kepuasan untuk para penumpangnya.

Kokapura Avia sebagai salah satu perusahaan Ground Handling di Bandar Udara Adi Sutjipto sampai saat ini tetap menjadi kepercayaan perusahaan domestik Kegiatan utama dari Kokapura Avia adalah memberikan pelayanan Ground Handling kepada perusahaan penerbangan yang meliputi pelayanan terhadap pesawat, penumpang, dan pos di bandara Adi Sutjipto. Kepada perusahaan Lion Air dan Pelita Air Service, faktor terpenting dalam perusahaan penerbangan adalah On Time Performance. On Time Performance sangat dirasakan oleh pihak eksternal (pax) karena merupakan satu paket yang harus dapat dicapai oleh perusahaan Ground Handling. Kokapura Avia sebagai perusahaan Ground Handling berusaha keras agar tercapai On Time Performance karena itu pelayanan yang terbaik untuk penumpang yang selaku pengguna jasa penerbangan.

Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lebih dalam dan mengemukakan dalam bentuk sebuah karya tulis atau karya ilmiah yang berjudul. “ANALISA KEGIATAN GROUND HANDLING KOKAPURA AVIA TERHADAP ON TIME PERFORMANCE PENERBANGAN LION AIR RUTE YOGYAKARTA-SURABAYA TAHUN 2009”.

B. Perumusan Masalah

  1. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijabarkan dalam latar belakang masalah diatas, maka identifikasi masalah yang diketahui adalah sebagai:

a. Masalah tingkat On Time Performance rute Yogyakarta-Surabaya pada penerbangan Lion Air

b. Masalah terjadinya keterlambatan keberangkatan (delay on arrival) yang disebabkan oleh petugas atau staff operasional yang kurang kompeten.

c. Masalah tenaga kerja professional pada bagian operasional

  1. Pembatasan Masalah

Seperti yang telah diuraikan diatas bahwa On Time Performance sangat mempengaruhi image perusahaan dan kepuasan para penumpangnya, Oleh karena itu penulis hanya membatasi masalah ini pada masalah kegiatan Ground Handling KOKAPURA AVIA dan penulis hanya ingin meneliti penyebab tidak tercapainya On Time Performance rute Jogjakarta-Surabaya pada penerbangan Lion Air.

3. Pokok Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah diatas, maka pokok permasalahan dalam skripsi ini adalah ini adalah:

a. Bagaimana kegiatan Departemen Operasi KOKAPURA AVIA Yogyakarta dalam menangani perusahaan penerbangan?

b. Bagaimana perkembangan On Time Performance (OTP) KOKAPURA AVIA dalam menangani perusahaan penerbangan pada tahun 2009?

c. Bagaimana upaya KOKAPURA AVIA dalam meningkatkan On Time Performance dalam menangani perusahaan penerbangan ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dilakukan dalam penyusunan skripsi ini adalah sebagai berikut :

Untuk dapat melihat permasalahan dari lingkungan perusahaan dalam suatu lingkungan bisnis, antara lain melalui beberapa analisis lingkungan seperti :

1. Untuk mengetahui kegiatan Departemen Operasi KOKAPURA AVIA Yogyakarta dalam menangani perusahaan penerbangan.

2. Untuk mengetahui perkembangan On Time Performance (OTP) KOKAPURA AVAIA dalam menangani perusahaan penerbangan pada tahun 2009.

3. Untuk mengetahui upaya KOKAPURA AVIA dalam meningkatkan On Time Performance dalam menangani perusahaan penerbangan.

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Bagi Penulis

a. Sebagai salah satu syarat akademik pada STMT Trisakti jurusan Manajemen Transport Udara dalam rangka mencapai gelar sarjana strata satu (S1).

b. Menambah wawasan ilmu pengetahuan bagi penulis mengenai proses kegiatan Ground Handling khususnya yang berhubungan dengan On Time Performance.

2. Bagi Perusahaan

Mudah-mudahan dapat dijadikan sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pengambilan keputusan manajemen dalam perusahaan.

3. Bagi masyarakat

Penelitian ini dapat dijadikan suatu informasi untuk masyarakat dan dapat digunakan sebagai bahan literature dalam membahas faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya On Time Performance.

D. Metodologi Penelitian

Di dalam pengumpulan data serta keterangan-keterangan yang diperlukan dan dipergunakan beberapa teknik pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar dapat diketahui teknik yang dipergunakan dalam upaya memperoleh data. Dalam penulisan skripsi ini digunakan :

1. Metode Pengumpulan Data

a. Penelitian Lapangan (Field Research)

Metode pengumpulan data dan informasi dengan mengadakan penelitian langsung ke perusahaan guna mengamati secara langsung objek yang diteliti. Data ini merupakan data primer yang akan dipakai dalam menganalisis topic yang dipilih. Untuk dapat memperoleh data ini, yaitu melalui :

1) Wawancara

Yaitu teknik pengumpulan data dengan menggunakan komunikasi Tanya jawab langsung dengan orang yang diberikan wewenang untuk memberikan data.

2) Observasi (Observation)

Yaitu melakukan pengamatan dan pencatatan langsung fakta yang dijumpai pada objek penelitian serta data yang diberikan oleh perusahaan.

b. Penelitian Kepustakaan (Library Research)

Penelitian kepustakaan ini dimaksudkan untuk mencari, membaca, mencatat dan mengumpulkan bahan bacaan dari literature yang terdapat di perpustakaan mengenai analisis Deskriptif Developmental serta data-data dari sumber-sumber tertentu yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.

2. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang penulis gunakan adalah analisis Deskriptif Developmental oleh Suharsimi Arikunto (1993: 210) yaitu Penelitian deskriptif yang bersifat pengembangan (developmental yang mana pengujian datanya dibandingkan dengan suatu criteria atau standar yang sudah ditetapkan terlebih dahulu pada waktu menyusun desain penelitian. Adapun rumus yang dipakai untuk memperoleh ketepatan waktu penerbangan atau On Time Performance adalah sebagai berikut :

E. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penulisan skripsi ini penulisan terdiri dari 5 (lima) Bab, dimana satu bab dengan bab yang lainnya merupakan hubungan atau gambaran yang tidak dapat dipisahkan. Sistematika penulisan skripsi ini terdiri dari :

BAB I : PENDAHULUAN

Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, maksud dan tujuan, metodologi penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : LANDASAN TEORI

Dalam bab ini penulis menjelaskan tentang teori-teori dan pengertian-pengertian yang berhubungan dengan penulisan skripsi ini.

BAB III : GAMBARAN PT (Persero) ANGKASA PURA I DAN KOKAPURA AVIA JOGJAKARTA

Bab ini berisi tentang sejarah singkat perusahaan, organisasi, visi & misi perusahaan, struktur organisasi serta kegiatan perusahaan ground handling yaitu KOKAPURA AVIA.

BAB IV : ANALISIS DAN PEMBAHASAN

Dalam bab ini dibahas mengenai analisis data menggunakan Deskriptif Developmental yaitu pengujian data dibandingkan dengan standar yang sudah ditetapkan.

BAB V : PENUTUP

Berisi kesimpulan dari seluruh pembahasan pada Bab IV serta saran-saran yang sebaiknya dilakukan oleh perusahaan-perusahaan bersangkutan, dalam hal ini KOKAPURA AVIA selaku perusahaan jasa ground handling.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Manajemen

Dalam setiap organisasi dibutuhkan teknik agar dapat bekerja sesuai dengan tugas-tugasnya dan mencapai hasil maksimal, salah satunya : dengan pengendalian operasi mencakup penggunaan teknik manajemen yang dapat mendorong organisasi mencapai sasaran. Untuk hal ini sangat dibutuhkan suatu manajemen yang baik dalam setiap organisasi.

Menurut Kadarman dan Jusuf (1994: 10)

“Manajemen adalah suatu rentetan langkah yang terpadu yang mengembangkan suatu organisasi sebagai suatu sistem yang bersifat social-ekonomi-teknis”.

Menurut Stoner (1994: 10)

Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, memimpin, mengawasi usaha-usaha dari anggota organisasi dan dari sumber-sumber organisasi lainnya untuk mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan.

Menurut Robbins dan Coulter (2004: 6)

Manajemen adalah proses mengkoordinasi atau mengintegrasikan kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara efisien dan efektif dengan dan melalui orang lain.

Manajemen menurut Manulang (2005: 5-6)

“Manajemen adalah seni dan ilmu perencanaan, pengorganisasian, penyusunan, pengarahan, dan pengawasan sumber daya untuk mencapai tujuan yang sudah ditetapkan”.

1. Unsur-unsur manajemen meliputi :

a. Man, yaitu tenaga kerja manusia, baik tenaga kerja pimpinan maupun tenaga kerja professional atau pelaksanaan.

b. Money, yaitu uang untuk mencapai tujuan yang diinginkan.

c. Methods, yaitu cara-cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan.

d. Materials, yaitu bahan – bahan yang diperlukan untuk mencapai tujuan.

e. Market, yaitu pasar untuk menjual barang dan jasa yang dihasilkan.

f. Machine, yaitu alat yang digunakan untuk mencapai tujuan.

2. Fungsi – fungsi manajemen meliputi :

a. Perencanaan (Planning)

Adalah proses penentuan tujuan dan pedoman pelaksanaan dengan memilih yang terbaik dari alternative – alternative yang ada.

b. Pengorganisasian (Organizing)

Adalah proses penentuan, pengelompokkan dan pengaturan bermacam-macam aktivitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan, menetapkan oaring-orang pada setiap aktivitas ini, menyediakan alat-alat yang diperlukan, menetapkan wewenang kepada setiap yang akan melakukan aktivitas-aktivitas tersebut.

c. Pengarahan (Directing)

Yaitu mengarahkan semua bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja efektif untuk mencapai tujuan.

d. Pengendalian (Controlling)

Adalah proses pengaturan berbagai faktor dalam suatu perusahaan agar sesuai dengan ketetapan-ketetapan dalam rencana.

3. Manajemen Operasi

Manajemen Operasi menurut Barry (2001 :27)

“Serangkaian kegiatan yang membuat barang dan jasa melalui perubahan dari masukan menjadi keluaran”.

B. Karakteristik Jasa

Dalam dunia jasa transportasi, khususnya transportasi udara pelayanan merupakan faktor yang sangat penting. Baik buruknya suatu pelayanan sangat menentukan ketertarikan pelangagan dalam menggunakan jasa angkutan udara terdebut sehingga hal ini menjadi faktor penentu kemajauan suatu perusahaan.

Menurut Moenir (1992: 16)

“Pelayanan adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan pelanggan atas jasa yang mereka dapatkan dari suatu perusahaan”.

Menurut Endar (2002: 36)

Jasa adalah aktivitas, manfaat, atau kepuasan yang ditawarkan.

Menurut David (1998: 379)

Jasa adalah sebuah tindakan atau perubahan, penampilan suatu usaha.

Jasa menurut Kotler (1998: 84) memiliki empat karakteristik pokok, yaitu :

1. Tidak berwujud (Intangibility)

Jasa bersifat tidak berwujud. Tidak seperti halnya produk fisik, jasa tidak dapat dilihat, dirasa, didengar atau dicium sebelum jasa itu dibeli.

2. Tak terpisahkan (Inseparibility)

Produksi dan konsumsi jasa tidak dapat dipisahkan karena dilakukan pada saat bersamaan.

3. Bervariasi (Variability)

Jasa memiliki banyak variasi bentuk, kualitas dan jenis tergantung pada siapa, kapan; dimana jasa tersebut dihasilkan.

4. Mudah lenyap (Perishability)

Jasa merupakan komoditas yang tidak tahan lama dan tidak tahan disimpan.

Kriteria penentu kualitas jasa pelayanan menurut Kotler (2001:231),yaitu :

1. Keandalan (Reliability)

Yaitu kemampuan untuk melaksanakan jasa yang dijanjikan jasa yang dengan tepat dan terpercaya.

2. Keresponsifan (Responsiveness)

Yaitu kemauan untuk membantu pelanggan dan memberikan jasa dengan cepat dan tanggap.

3. Keyakinan (Confidence)

yaitu pengetahuan dan kesopanan karyawan serta kemampuan mereka untuk menimbulkan kepercayaan dan keyakinan.

4. Empati (Emphaty)

yaitu syarat untuk peduli memberikan perhatian pribadi kepada pelanggan.

5. berwujud(Tangible)

yaitu penampilan fisik, peralatan dan media komunikasi.

C. Transportasi

Transportasi sebagai dasar untuk pembangunan ekonomi dan perkembangan masyarakat serta pertumbuhan industri. Pertumbuhan ekonomi suatu Negara tergantung pada tersedianya pengangkutan dalam Negara yang bersangkutan. Dalam hal ini, dengan menggunakan transportasi dapat menciptakan suatu barang / komoditi pengguna menurut waktu dan tempat (time and place utility). Dalam transportasi menurut terdapat dua kategori, yaitu :

Pertama : pemindahan bahan-bahan dan hasil produksi dengan menggunakan alat angkut.

Kedua : mengangkut penumpang dari suatu tempat ke tempat lain.

Dalam transportasi ada dua unsur yang terpenting, yaitu :

1. Pemindahan /pergerakan

2. secara fisik mengubah tempat dari barang (komoditi)dan penumpang ke tempat lain.

Menurut Salim (2002 : 6),”Transportasi adalah kegiatan pemindahan barang dan penumpang dari suatu tempat ke tempat lain

Menurut Nasution (2003;15)

Definisi transportasi adalah sebagai pemindahan barang dan manusia dari tempat asal ke tempat tujuan dimana proses transportasi ini merupakan gerakan dari tempat asal, dari mana kegiatan angkutan dimulai, ke tempat tujuan, kemana kegiatan pengangkutan diakhiri.

Disamping itu, manajemen transportasi memiliki sasaran dalam menghasilkan produk atau jasa di dalam organisasinya, bahwa sasaran dalam manajemen angkutan ialah memperkecil harga tambahan, ini memerlukan keahlian dalam usaha pengadaan alat angkutan yang tepat jenisnya bagi satu tugas tertentu yang harus dilaksanakan.

Berdasarkan definisi di atas penulis menyimpulkan bahwa transportasi untuk penumpang adalah pemindahan penumpang dari satu tempat ke tempat lain dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan penumpang itu sendiri sehingga tercapai kepuasan.

1. Sifat Jasa Angkutan udara

Jasa penerbangan memiliki keunggulan dari jasa modal yang lainnya, seperti kecepatan sangat tinggi dan dapat digunakan secara flexible karena tidak terikat pada hambatan alam, kecuali cuaca. Penerbangan lebih mengutamakan angkutan penumpang, sedangkan angkutan barang adalah barang-barang yang bernilai tinggi dengan berat yang ringan.

Sifat atau karakteristik umu jasa angkutan udara adalah sebagai berikut :

a. Produksi yang dihasilkan tidak dapat disimpan, diraba, tetapi dapat ditandai dengan adanya pemanfaatan waktu dan tempat.

b. Permintaan bersifat elastis

Permintaan jasa angkutan udara bersifat derived demand adalah sebagai akiabat adanya permintaan atau kebutuhan dilokasi lain. Karena tarif angkutan udara relatif mahal, maka bila terjadi perubahan harga maka permintaan menjadi elastis.

c. Selalu menyesuaikan teknologi maju

Perusahaan penerbangan pada dasarnya bersifat dinamis yang dengan cepat menyesuaikan perkembangan teknologi pesawat udara. Penyesuaian teknologi maju tidak hanya di bidang teknik permesianan saja, tetapi juga dibidang-bidang lainnya, seperti sistem manajemen, metode-metode, peraturan-peraturan, prosedur, serta kebijaksanaan.

d. Selalu ada campur tangan pemerintah, seperti pada umumnya kegiatan-kegiatan transportasi menyangkut hajat hidup orang banyak, selain itu untuk menjaga keseimbangan antara penumpang dengan operator (dalam hal ini menyangkut pentarifan), jumlah investasi yang besar, dan menjamin keselamatan penerbangan.

2. Fungsi Jasa Angkutan Udara

Pada prinsipnya terdapat beberapa fungsi produk jasa angkutan udara yang harus dicap

a. Safety

Perusahaan penerbangan harus mengutamakan faktor keselamatan di atas segala-galanya dalam pengoperasian pesawat dari suatu rute tertentu ke rute tertentu.untuk menunjang keselamatan pesawat yang akan dioperasikan, perusahaan mengadakan tindakan-tindakan sebagai berikut :

1) Pesawatnya harus memenuhi syarat seperti laik udara yang dibuktikan dengan certificated of airworthiness dari yang berwenang.

2) Release sheet oleh dinas teknik perusahaan tersebut (crewnya harus qualified).

3) Membuat flight planning yang mencakup arah penerbangan kemana, bahan bakar yang dibawa, tinggi yang akan diterbangi, dan lain-lain.

4) Air traffic control yang baik pada stasiun tertentu.

5) Adanya peta-peta navigation bag yang lengkap.

b. Comfortability

Dalam hal ini perusahaan berusaha semaksimal mungkin agar penumpang mendapat kenyamanan selama penerbangan berlangsung. Dengan demikian, penumpang harus mendapat pelayanan yang sebaik mungkin dari petugas perusahaan yang bersangkutan. Pelayanan yang dimaksud disini adalah pada saat calon penumpang mengadakan hubungan dengan perusahaan sampai penumpang tiba di tempat tujuannya. Bilamana hal ini dapat dipertahankan, penumpang tersebut akan terkesan pada perusahaan penerbangan yang bersangkutan. Dengan demikian, perusahaan penerbangan tersebut akan dapat mencapai kesuksesannya.

c. Regularity

Dalam mengoperasikan pesawat udara harus dilaksanakan sesuai dengan jadwal penerbangan yang telah ditentukan secara tepat dan teratur. Hal tersebut sangat diperlukan untuk menjamin kepuasan penumpang dan citra perusahaan penerbangan sehingga dapat mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan.

d. Economy for Company

Bilamana safety dan passengers comfort telah berjalan dengan baik, tibalah saatnya bagi perusahaan menikmati hasil dari pengoperasian pesawat terbang. Disamping mengadakan penghematan biaya di segala bidang serta adanya pegawai yang cakap dan terampil penjualan yang tinggi akan menimbulkan perbandingan revenue dan costs yang menonjol. Profit semaksimal mungkin akan tercapai dan efisiensi perusahaan akan selalu meningkat sehingga asas kontinuitas perusahaan dapat dipertahankan. Hal ini akan dapat mengadakan ekspansi perusahaan tersebut, seperti pembaharuan armada, meningkatkan frekwensi penerbangan dalam maupun luar negeri dan sebagainya.

D. Ground Handling

Ground handling adalah kegiatan penanganan atau pelayanan pesawat, penumpang, bagasi, kargo dan pos selama di darat.

Menurut Suharto, AM (2009: 6)

Ground Handling adalah merujuk kepada suatu aktivitas perusahaan penerbangan yang berkaitan dengan penanganan atau pelayanan terhadap para penumpang berikut bagasinya, kargo, pos, peralatan pembantu pergerakan pesawat di darat dan pesawat terbang itu sendiri selama berada di bandar udara, baik untuk keberangkatan (departure)maupun kedatangan (arrival).

Di lihat dari pengertian di atas, kita dapat mengetahui ruang lingkup dan batasan pekerjaan ground handling, yaitu fase atau tahap pre flight service dan post flight service, yaitu penanganan penumpang dan pesawat selama berada di bandar udara. Secara teknis operasional, aktivitas ground handling dimulai pada pesawat parkir (parkir stand), mesin pesawat sudah dimatikan, roda pesawat sudah diganjal (block on) dan pintu pesawat sudah dibuka (open the door) serta para penumpang sudah dipersilahkan untuk turun atau keluar dari pesawat, maka pada saat itu para staf darat sudah memiliki wewenang untuk mengambil alih pekerjaan dari Pilot In Command (PIC) beserta cabin crew-nya. Fase ini kita namakan Arrival Handling (pelayanan kedatangan penumpang). Sebaliknya, kegiatan atau pekerjaan orang-orang darat berakhir ketika pesawat siap-siap untuk tinggal landas, yaitu saat pintu pesawat ditutup, mesin dihidupkan, dan ganjal pesawat sudah dilepas (block off). Tanggung jawab fase ini (in flight service) berda di tangan Pilon IN Command beserta awak kabinnya. Fase ini kita kenal istilah Departure Handling.

Sebagai proses penanganan maka muncul istilah passenger handling, baggage handling, cargo, mail handling dan ramp handling. Ruang lingkup atau kegiatan objek kegiatan tersebut pada intinya harus mengacu pada aturan yang ditetapkan oleh IATA Airport Handling Manual, 810 Annex A, tahun 1998 yang menetapkn sebanyak 14 section pelayanan standar atau 14 item kegiatan, Tipe pelayanan yang diberikan oleh perusahaan Ground Handling Service (type of ground handling aggrement), dibedakan menjadi tiga jenis penanganan pelayanan sebagai berikut.

1. Full Handling, yaitu menangani seluruh section pelayanan sesuai standar yang telah ditetapkan oleh IATA.

2. Part of Handling Service, yaitu menangani sebagian dari section yang telah ditetapkan dari section yang telah ditetapkan oleh IATA.

3. Technikal Handling, yaitu menangani pelayanan yang bersifat teknis dari section yang telah ditetepkan oleh IATA.

Dari paparan diatas kita dapat menilai dapat melihat ada tiga kegiatan operasional pada pelayanan ground handling di bandar udara, yaitu di area apron, area terminal, dan area kargo atau area pergudangan. Adapun tujuan atau sasaran yang ingin dicapai oleh ground handling adalah sebagai berikut : flight safety, on time perfomance, customer satisfaction, dan efficiency. Target flight safety dan OTP sangat dirasakan oleh pihak eksternal (pengguna jasa penerbanagn (dan pihak internal (perusahaan).

Ada dua jenis pelayanan yang diberikan di bandara menurut Widadi A.Suwarno (2001:45),yaitu :

1. Ground Handling Technical

Merupakan pelayanan yang bersifat teknis untuk keperluan pesawat terbang. Pelayanan yang dilakukan antara lain sebagai berikut :

a. Isi bahan bakar

b. Membersihkan pesawat termasuk WC, kursi dan pantry atau Cleaning Service

c. Catering

d. Juru parkir pesawat atau Marshalling

e. Pax transportation, yaitu menjemput penumpang dari boarding gate jika pesawat parkir terlalu jauh dari gate penumpang atau jika terjadi hujan

f. Air operation, yaitu bertugas memberi keterangan mengenai cuaca kepada penumpang

2. Ground Handling Passenger

Merupakan pelayanan yang diberikan oleh pihak ground handling, ground handling passenger terbagi lagi menjadi 2, yaitu :

a. Departure section, yang terdiri dari :

1) Check in counter adalah proses pelayanan atau pelaporan penumpang di bandara untuk mendapatkan nomor tempat duduk di pesawat terbang sesuai dengan tiket yang dimiliki penumpang tersebut.

2) Document clearance adalah proses pelayanan atau penyelesaian dokumen perjalanan bagi penumpang yang menggunakan jasa penerbangan internasional, baik yang berangkat maupun yang akan tiba.

3) Baggage handling adalah pelayanan yang diberikan kepada penumpang untuk mengurusi bagasi penumpang, baik penumpang tiba maupun berangkat.

4) Load and balance merupakan pelayanan untuk mengetahui daya muat pesawat, dalam hal ini termasuk penumpang, bagasi dan kargo yang berkaitan dengan keseimbangan atau kelancaran penerbangan.

5) Boarding adalah pelayanan untuk penumpang yang akan berangkat memasuki pesawat.

b. Arrival section

1) Baggage handling

2) Lost and Found adalah pelayanan yang diberikan kepada penumpang yang tiba dari bandara origin oleh unit ground handling dalam hal mengurusi barang atau bagasi yang tidak ditemukan oleh pemiliknya.

3) Document clearance

E. On Time Performance

On Time Performance adalah penerbangan yang berangkat tepat waktu sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan berdasarkan time table.

The Management Guide to airline Indicators menjelaskan :

“The record an airline punctuality of departure and arrival of flight, the percentage of flights which are unaffected by delays, regardless, of the reasons or type of delay.

Artinya: catatan dari ketepatan waktu sebuah airline dari keberangkatan dan kedatangan pesawat dengan kata lain persentase keterlambatan.

On Time Performance adalah suatu keadaan dimana waktu keberangkatan dan waktu kedatangan sesuai dengan yang telah ditetapkan.

Beberapa definisi yang menyangkut masalah on time performance :

1) Estimated Time of Departure (ETD)

Waktu yang diperkirakan bagi pesawat yang untuk diberangkatkan dari suatu bandara.

2) Actual Time Departure (ATD)

Waktu sebenarnya (Actual) pesawat berangkat dari bandara.

3) Estimated Time Of Arrival

Waktu yang diperkirakan bagi pesawat untuk tiba dan terbang diatas suatu bandara.

4) Actual Time Arrival

Waktu yang sebenarnya dimana saat roda-roda pesawat yang mendarat menyentuh runway di bandara tujuan

5) Flight Time

Waktu total pesawat mulai bergerak menggunakan mesinnya sendiri dari bandara keberangkatan sampai pesawat tiba di bandara kedatangan.

6) Total Departure

Jumlah keberangkatan pesawat yang direncanakan oleh perusahaan (rencana tahunan dikeluarkan oleh corporate plan)

1. Rumus On Time Performance

Adapun rumus yang dipakai untuk memperoleh ketepatan waktu penerbangan atau On Time Performance adalah :

F. Faktor-faktor tidak tercapainya On Time Performance menurut Hadi Mulyanto (1999 :13),meliputi :

1. Ramp Handling

Muatan dan pos, dokumen pesawat terbang , refueling, catering, kerusakan pada waktu boarding, pembersihan pesawat.

2. Terminal Handling

Check-In terlambat, VIP, Penanganan Group passenger yang bermasalah, oversales, penyelesaian bagasi.

3. Operational Handling

Adanya perubahan atau masalah pada dokumentasi penerbangan, penumpang yang bermasalah dengan tiketnya, sistem data atau computer check-in rusak atau hang.

4. Technical Problem

Pesawat terlambat keluar dari hangar, kerusakan pada pesawat, spares atau peralatan yang kurang, penggantian pesawat (karena alas an teknis).

5. Extern

Cuaca, masalah pada imigrasi dan pabean, airport security, crew pesawat yang terlambat serta fasilitas bandara yang bermasalah.

Flight Irregularity (penerbangan diluar aturan atau schedule yang telah ditetapkan) menurur Hadi Mulyanto (1999 : 17-18) dapat terjadi karena:

1. Keterlambatan (Delay)

Ada dua macam delay, yaitu :

a. Waktu keberangkatan pesawat terlambat dari waktu yang telah ditentukan dalam jadwal (the actual departure time is later than published)

b. Waktu kedatangan pesawat terlambat dari waktu yang telah ditentukan (the actual arrival time is later than published)

2. Pembatalan (cancellation)

Pesawat tidak terbang atau beroperasi dengan nomer penerbangan yang telah dijadwalkan. Ini bisa terjadi karena satu hal dan lain hal, seperti misalnya cuaca amat buruk, ada kerusakan pada pesawat dan sebagainya.

3. Rintangan Penerbangan (Flight Intrruption)

Penerbangan dibatalkan setelah mendarat di tempat persinggahan yang telah ditentukan atau penerbangan dibatalkan setelah mendarat di pelabuhan yang tak dijadwalkan.

4. Penyimpangan (Diversion)

Pesawat mendarat di sebuah bandara dimana seharusnya menurut jadwal tidak bisa mendarat disana. Keputusan mendarat di sebuah bandara bisa diputuskan sewaktu- waktu dalam penerbangan atau sebelum pesawat berangkat. Hal ini terjadi misalnya karena bandara tujuan tidak bisa dipakai untuk mendarat karena satu dan lain hal.

5. Kembali (Return)

Setelah bergerak dari tempat parker, pesawat kembali lagi sebelum tinggal landas atau setelah tinggal landas, pesawat mendarat di bandara yang sama waktu tinggal landas.

6. Tidak bisa melanjutkan perjalanan dengan penerbangan lain (Missed Connection)

Penumpang tidak bisa naik pesawat yang telah dipesan untuk melanjutkan penerbangan karena pesawat yang membawanya terlambat atau pesawat penyambung (transit) dari penerbangan multi sector yang terbang (beropersi) dibawah nomor penerbangan yang ganti pesawat didalam perjalanan tidak mau menunggu penumpang yang terlambat dari pesawat yang membawanya.

7. Diluar Aturan yang Lain (Other Flight Irregurality)

Apabila perubahan itu disebabkan oleh hal – hal lain seperti pemogokan, perang, penumpang bermasalah, atau tindakan pemerintah, maka biasanya perusahaan penerbangan tidak bertanggung jawab akan akibat disebabkannya.

Untuk menganalisa keterlambatan-keterlambatan yang terjadi pada saat pesawat berada di darat dan saat departure, KOKAPURA AVIA mengacu pada delay code milik Lion Air

Target flight safety dan on time performance sangat dirasakan oleh pihak eksternal (pax) dan pihak internal (perusahaan), sementara tujuan customer satisfaction akan sangat dirasakan oleh pihak eksternal dan tujuan efisiensi pasti akan sangat dirasakan manfaatnya oleh pihak internal.dan pada intinya keempat tujuan tersebut merupakan satu paket yang harus dapat dicapai oleh ground handling secara bersama-sama


Tidak ada komentar:

Posting Komentar